Rabu, 08 Agustus 2018

Ke Gunung Slamet, cari Slamet.

Brutal slamet!

Bulan lalu saya ikut salah 1 race yang menurut saya paling berat dan rusuh yaitu goat run gunung slamet. Mengikuti race dengan latihan ala kadarnya dan hanya berharap bisa sampai ke peak dengan selamat, ekspektasi yang cukup rendah.

Para peserta berangkat bersama pagi buta dari senayan, lumayan lah dapat Bis Big Bird dari panitia. Langsung berangkat menuju Guci tegal dan sampai di lokasi race central kira-kira jam 3 sore. Saya mengambil race pack dan langsung menuju hotel untuk bersih-bersih. Malamnya saya kembali ke race central karena ada race briefing dan saya mencari tempat carbo loading di warung terdekat.

Pagi hari pun datang ,saya bersiap , lalu langsung check out dan membawa semua barang ke race central. Belajar dari pengalaman goat run seri 1, saya overtime 3 jam sehingga harus membayar hotel 1/2 harga. Lumayan juga menguras budget waktu di Garut.

Kembali ke Tegal, setelah banyak pembukaan sambutan dan sambitan akhirnya race dimulai. Dibuka dengan aspal hanya 1 km, lalu masuk ke hutan. Lumayan lama untuk sampai Ws kedua di kaki gunung, mungkin ada makan waktu sampai 4 jam-an. Sesampai di WS kedua saya meminjam power bank panitia karena jam polar saya gugur baterainya.


Masih bahagia


Mba Febri, Mba Ing.

Gunung yang disikat


Setelah WS kedua mulai lah menaiki kaki gunung slamet, medannya lumayan berat karena batunya licin dan banyak permukaan yang tidak padat. Cukup merepotkan untuk naik ke atas. Mungkin proses sampai ke atas ada 2 jam, semakin di atas pemandanganmya semakin keren apalagi saat sudah sejajar dengan awan. Pemandangan yang luar biasa dan mengingatkan betapa kecil kita manusia dibanding alam semesta ini.


Istirahat dulu





 Setelah berupaya naik terus sampai hampir ke puncak dengan sisa tenaga, sayangnya puncak gunung itu belum sampai juga.  Setelah hampir 100 m -200 m dari puncak, sayangnya saya harus turun dan tidak melanjutkan misi.

Panitia yang tadinya di atas semuanya sudah dalam proses turun karena kabut sudah muncul dan kata mereka berbahaya jika dilanjutkan terus. Di momen ini diantara ego: Harus peak dan harus bisa selamet pulangnya, akhirnya memilih opsi kedua. Eh benar saja turunnya ternyata susah 1/2 mampus 😫. Sampe kepleset berkali-kali dan ujung2nya minta tolong mas panitia jalannya agak pelan, supaya saya bisa mengikuti titik langkah masnya. Lumayan lah, tempat yang dia pilih tanahnya padat sehingga kaki saya tidak terlalu kepleset.



Bukan pilihan yang buruk memilih turun karena turunnya jauh lebih susah daripada naiknya, dibandingkan dengan goat run seri sebelumnya di Guntur menurut gw ini lebih kejam. Sesampai di bawah saya duduk-duduk lagi di water station 2 mengumpulkan sisa tenaga buat kembali ke race central.

Waktu turun saya baru nyadar, ternyata jauuuuhh bener tadi medan yang saya lewati.. Untuk sampai WS 1 , saya turun dengan lumayan berlari memakan waktu 3 jam lebih. Estimasi sampai WS jam 6 sore pun bubar. Ada momen dimana saya benar2 berlari sendiri di hutan tanpa ditemani siapa-siapa selain lampu HP dan senter yang saya bawa serta diiringi suara serangga hutan (agak spooky sih dengernya, karena gw merasa serangga ini mengiringi kemanapun saya berjalan). Akhirnya jam 7 malam saya berhasil sampai Water Station 1 dan memutuskan lupakan race ini karena saya lebih ngeri ditinggal shuttle bis daripada gak finish. Di WS 1 saya minta dievakuasi biar gak ketinggalan bis. Saya dievakuasi dengan motor, tapi drama belum selesai karena bensin motor masnya habis... Akhirnya sampai di jalan aspal saya diungsikan dengan motor kedua ke Race central. Sampai di race central, bisnya masih menunggu beberapa peserta dan saya pun akhirnya bisa bernafas lega karena berhasil pulang dengan selamat bahkan sempat mandi dulu di pos terdekat. Misi gagal tapi saya cukup puas berhasil sampai di titik itu, tahun depan saya pasti kembali dan finish.


Lesson learned:
1. Lari itu tentang manajemen

Distance = project
Diri kita = resource.
COT = deadline

Kadang untuk menyelesaikan project ya harus disesuaikan dengan resource, bisa jadi projectnya selesai lalu resourcenya kolaps. Atau bisa jadi project gak selesai, resource masih aman, deadlinenya lewat.

2. Decision making
Kadang seperti bisnis ada waktunya harus berbelok dark tujuan awal. Mungkin cara atau resource yang kita punya gak cukup, jadi semuanya harus disesuaikan. Gak mencapai tujuan kadang gak terelakkan. Mungkin kegagalan ini bisa menggiring kita untuk membuat project lain dengan modal yang cukup karena kita berhasil mencegah kerugian yang lebih besar.

3. Enjoy the journey not only the result.
Nikmatin aja prosesnya. Gagal bukan berarti kiamat. Masih banyak race dan project lain yang bisa kita selesaikan dan bereskan.

Semoga next year bisa finish strong dan jauh lebih baik dari tahun ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar