Rabu, 10 Agustus 2016

Overcome your past (I got this from Mt Batur)


25 tahun lalu, saya jalan-jalan bersama keluarga ke daerah puncak. Bapak saya pada saat itu iseng mengajak saya "cross country" menyusuri jalan setapak di daerah puncak. Karena pada waktu itu saya tak mengerti saya mengiyakan saja ajakan tersebut dan mengikuti kemana ayah saya jalan. Ujung-ujungnya menurut saya kegiatan ini memakan waktu yang sangat lama, maka sepanjang jalan saya bertanya kepada bapak saya beberapa statement/pertanyaan:
1.lama bener pa?
2. Masih jauh gak?
3. Ada taxi atau mikrolet gak disini?
4. Ojek ada pa?

Kalau diingat-ingat, sepertinya kalau gw yang jadi bapaknya jangan-jangan sudah gw plester mulutnya :p. Kesimpulan akhir perkenalan pertama saya dengan kegiatan alam tidak menyenangkan, apalagi pada saat itu saya adalah bocah gamer yang bisa maen game selama 14 jam dalam sehari. Setelah ini saya tidak pernah melakukan kegiatan sejenis ini.

>25 tahun kemudian akhirnya setelah menolak berbagai ajakan naik gunung dan kegiatan alam dari lingkungan terdekat, saya memberanikan diri keluar dari "comfort zone" dengan mencoba hal baru. Setelah mengikuti pernikahan friska & michael di Pulau Dewata, pacar saya ingin trail ke gunung batur. Tadinya dia malas mengajak saya karena dia tahu saya sudah menolak ajakan kegiatan alam darinya berkali-kali (tapi selalu ada yang pertama kan dalam apapun).

Gunung batur adalah gunung yang terletak di (You really think i´ll post something like this? Just google it ok). Pada hari-H Kami menggunakan jasa perjalanan travel Yang berada di daerah Ubud. Perjalanan ini dimulai sekitar jam 2 pagi, kami dijemput di tempat kami menginap rumah salah satu kolega di daerah tegal alang. Selain menjemput kami,  mobil tersebut juga menjemput turis- turis lainnya di berbagai penginapan. Total dari rombongan ini ada 6 orang, 1 orang jepang WN Australia, 2 orang perancis dan 1 orang Austria. Dari 4 orang ini ada 1 orang yang sudah ke kilimanjaro (target gw 5 tahun ke depan) dan gunung Jungfrau Di austria. Pada jam 3 kami terlebih dulu dibawa ke suatu check point sebelum menaiki gunung. Di tempat ini kami diberikan makanan dahulu, barulah kami dibawa ke post pertama untuk menaiki gunung batur. Pada pos pertama gunung batur, kami disambut oleh 3 orang guide dimana 3 guide ini dibagi dalam 3 kelompok: kelompok cepat, kelompok sedang dan kelompok yang lambat. Gw dan meiske memutuskan kita masuk ke geng alon-alon kelakon saja. Guide kami adalah bli Jero yang sebetulnya pacenya cepat tapi sangat sabar menemani 2 kura-kura ini.

Awalnya kami berjalan dulu melewati jalanan yang menanjak. Bagian ini menurut saya relatif mudah, lalu menaiki daerah yang berbatu. Daerah ini harus lebih berhati-hati karena apabila salah menaruh kaki, maka kaki akan terluka (kaki saya luka karena sedikit terpleset). Setelah itu daerah lembah yang berpasir. Daerah ini harus pintar mengambil pijakan, agar tidak terpeleset. Setelah melewati berbagai tanjakan setelah 3 jam kami pun bisa sampai ke puncak gunung batur. Buat saya yang malas bermain di alam ini adalah achievement yang membanggakan :)
Selama melewati proses menaiki gunung Batur ini ada beberapa hal yang membuat saya berpikir bahwa ada beberapa hal yang bisa diambil hikmahnya
1. Mind your own business/ stop berkomentar mengenai cara orang lain melakukan sesuatu. 
Kaki saya terluka saat saya mengomentari cara pacar saya memanjat gunung dan melewati halangan. Pada saat mengomentari, saya jadi tidak fokus dan kurang berhati-hati.
2. Help each other
Ada beberapa tempat yang memiliki tanjakan cukup tinggi dan kita bisa memudahkan teman perjalanan kita dengan memberikan tangan kita sebagai salah satu pegangan dalam melewati halangan tersebut. Selama bisa membantu dan tidak membahayakan diri, maka lakukan saja.
3. Its fun to go to the top but prepare yourself when you go down.
Randomly gw berpikir bahwa saat kita melewati karier dan kehidupan yang baik, bukan berarti kita harus habis-habisan dan tidak menyisakan tenaga pada saat mengejarnya. Kita harus menyiapkan tenaga dan beradaptasi juga saat kita turun. Dihubungkan dengan hidup, kita semua harus memikirkan dana pensiun pada saat tenaga kita tidak lagi digunakan untuk memanjat puncak karier kita. Jadi bersiaplah, menabung dan mencoba berinvestasi dengan baik.
4. Melangkahlah 1 demi 1, gak usah melihat hal yang terlalu di awang-awang. 
Dihubungkan dengan pengalaman masa kecil, gw tidak lagi melihat tujuan dari perjalanan ini sebagai yang utama. Gw menikmati prosesnya, melangkah 1 demi 1. Pada saat mencapai tujuan gw jadi bisa menikmatinya..
5. You are vulnerable,  careful where you step
Menikmati perjalanan bukan berarti kita adalah orang- orang yang buletproof. Hati-hati dalam melangkah karena salah bergerak bisa menyebabkan kita menginjak titik yang salah dan membuat kita jatuh/ melukai diri sendiri.
6. You are Never to late to do what you want. 
Pada saat kami menuruni gunung ada rombongan granny berumur 50-70an yang juga mencoba menaiki gunung ini. Memang mereka lebih lambat dibanding orang lain, tapi saya rasa hal ini sangat luar biasa karena dilakukan oleh seorang berumur yang punya tekad luar biasa.

So guys sekian jurnal perjalanan saya ke gunung Batur. See you di jurnal-jurnal saya lainnya :)